Rabu, 18 September 2013

kode rekening akuntansi



Kode Rekening Akuntansi
Pengertian kode adalah suatu kerangka  (Framework) yang menggunakan suatu angka atau huruf atau kombinasi angka dan huruf untuk memberi tanda terhadap klarifikasi rekening yang sebelumnya telah dibuat.  Pengelolaan data akuntansi sangat bergantung pada penggunaan kode untuk mencatat, mengklasifikasikan, menyimpan, dan mengambil data keuangan.  Dalam mencatat suatu transaksi, perusahaan umumnya tidak hanya mencatat dengan nama-nama rekaning, namun mencantumkan juga kode rekening untuk memudahkan pencatatan, pengklasifikasian, penyimpanan dan pengambilan data akuntansi.  Penggunaan kode rekening dan bukan nama rekening, akan mempercepat pencairan rekening yang akan diisi dengan informasi dan proses posting.

        Ada 5 (lima) metode pemberian kode rekening, yaitu :
  1. Kode Angka atau Alfabet Urut;
  2. Kode Angka    Blok;
  3. Kode Angka Kelompok;
  4. Kode Angka Desimal;
  5. Kode Angka Urut Didahului dengan Huruf;
        Adapun penjelasan mengenai metode pemberian kode rekening adalah sebagai berikut :

a.    Kode Angka atau Alfabet Urut
Dengan metode pemberian kode ini, rekening buku besar diberi kode angka atau huruf yang berurutan.  Kelemahan kode angka atau huruf alphabet ini adalah jika terjadi pelunasan jumlah rekening, hal ini akan mengakibatkan perubahan menyeluruh terhadap kode rekening yang mempunyai kode angka yang lebih besar.

b.    Kode Angka Blok
Dalam metode pemberian kode ini, rekening buku besar dikelompokkan menjadi beberapa golongan dan setiap golongan disediakan satu blok angka yang berurutan untuk memberi kodenya.  Penggunaan metode ini dapat mengatasi kelemahan Kode Angka Urut atau Alfabet Urut, yang jika terjadi pelunasan klasifikasi pada suatu rekening mengakibatkan perubahan kode semua rekening yang kodenya lebih besar dari kode rekening yang mengalami pelunasan.  Untuk menghadapi kemungkinan pelunasan rekening, pelunasan dalam setiap blok Angka disediakan angka cadangan pelunasan, sehingga pelunasan kode rekening hanya akan mempengaruhi kode rekening dalam blok yang bersangkutan.
Rekening buku besar digolongkan menjadi beberapa golongan dan setiap golongan dan setiap golongan disediakan satu blok angka berurutan.

c.    Kode Angka Kelompok
        Kode Angka Kelompok terbentuk dari dua atau lebih sub kode yang dikombinasikan menjadi satu kode.  Kode Angka Kelompok ini lebih mudah dipahami dan mempunyai karakteristik sebagai berikut :   
    1.    Rekening diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf.
    2.    Jumlah Angka dan atau huruf dalam kode adalah tetap
    3.    Posisi angka dan atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu.
    4.    Perhiasan klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan angka dan atau huruf kekanan.

d.    Kode Angka Desimal
        Kode Angka Desimal memberi kode angka terhadap klasifikasi yang membagi kelompok menjadi maksimum 10 (sepuluh) sub kelompok dan membagi sub kelompok menjadi maksimum 10 (sepuluh) golongan yang lebih kecil dari sub kelompok tertentu.  Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
    1        Persediaan
    1.1    Persediaan Bahan Baku
    1.2    Persediaan Bahan Penolong
    1.3    Persediaan Lain-lain.
Persediaan bahan baku dibagi menjadi maksimum 10 (sepuluh) kelompok, yaitu :
    1.1.1    Bahan Baku Kayu
    1.1.2    Bahan Baku Bambu
    1.1.9    Bahan Baku Lain-lain   
    Dan seterusnya untuk rekening lainnya.

e.    Kode Angka Urut Didahului dengan Huruf
Metode ini menggunakan kode berupa kombinasi angka dengan huruf.  Setiap rekening diberi kode angka yang dimukanya dicantumkan huruf singkatan berupa kelompok rekening tersebut.

        Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merancang kode rekening :
  1. Kerangka kode harus secara logis memenuhi kebutuhan pemakai dan metode pengolahan data yang digunakan.  Kode sembarang seperti ACC untuk menunjukkan Air, Listrik dan Telepon     dalam kode telekomunikasi.
  2. Setiap kode harus mewakili secara unit unsur yang diberi kode.  Kode untuk rekening piutang kepada unit jurnal hanya menunjukkan debitur tersebut, bukan debitur yang lain.
  3. Desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan.  Jika struktur kode harus diubah setiap kali menghadapi tuntutan perubahan, hal ini akan memerlukan biaya perubahan dan membingungkan pemakai.


1 komentar: